-->

ads

Guru Agama dalam Tantangan Ekonomi Global

Senin, 15 Juni 2009

Guru Agama dalam Tantangan Ekonomi Global

Oleh: Masduki Duryat


Term Guru Agama; Tantangan Profesi

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang

dengan pesat tidak dapat lagi diikuti dengan kasat mata sehingga

menimbulkan berbagai permasalahan yang rumit dan kompleks,

serta memerlukan pemecahan secara proporsional. Hal tersebut telah

memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap berbagai bidang

kehidupan sehingga menuntut teknologi dan inovasi baru dalam menghadapinya,

termasuk dalam bidang pendidikan.[1]

Dalam bidang pendidikan, guru memiliki posisi sentral,

tetapi karena memiliki berbagai keterbatasan misalnya di bidang

ekonomi dan waktu, guru seringkali menghadapi berbagai kesulitan.

Di sini diperlukan pembinaan terhadap guru dan personil pendidikan lainnya

yang lebih intens untuk meningkatkan kinerja dan kompetensi profesinya ke arah yang lebih profesional.

Kalau kita tilik dari sudut etimologi, term profesional berasal dari kata sifat

yang berarti pencaharian, dan sebagai kata benda bermakna orang yang mempunyai

keahlian seeperti guru, dokter, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain

pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang

hanya dapat dilakukan oleh orang yang khusus dipersiapkan untuk itu.[2]

Untuk meningkatkan profesionalisme guru, maka sangat diperlukan guru yang memiliki

kinerja bagus dan mumpuni. Kinerja[3] berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan,

atau kemampuan kerja. Sedangkan Hadari Nawawi[4] menggunakan istilah “karya”,

yaitu hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik yang bersifat fisik/

material maupun non fisik/material. Penilaian karya atau kinerja

setiap pekerja menyangkut kemampuan pekerja yang bersangkutan dalam

melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.

Hoy dan Miskell yang mengutip pendapat Vroom[5], menyatakan bahwa

‘performance=f (ability x motivation)’. Dengan kata lain

performance atau kinerja ditentukan oleh (a) kemampuan yang diperoleh dari hasil pendidikan,

pelatihan, pengalaman dan (b) motivasi yang merupakan perhatian khusus

hasrat seseorang pegawai dalam melakukan suatu pekerjaan dengan baik.

Kemudian Robert Kretner dan Angelo Kinichi mengemukakan

bahwa kinerja bergantung kepada pengaturan kemampuan (ability),

(effort) dan keterampilan (skill).

Dari beberapa pendapat mengenai definisi kinerja di atas,

dapat dimaknai pula bahwa kemampuan (ability), keterampilan (skill) dan

(effort) atau motivasi (motivation) akan memberikan kontribusi positif

terhadap kualitas kerja personal apabila disertai dengan upaya (effort)

yang dilakukan untuk mewujudkannya.

“Kinerja guru”[6] adalah seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan guru

pada waktu dia memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat

saat melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk bagaimana

dia mempersiapkannya.

Kinerja guru dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru,

yang dikenal dengan istilah “kompetensi guru” yang meliputi hal-hal berikut:

“Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,

sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional, kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi

program sarjana atau program diploma empat. Sedangkan kompetensi guru

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi …”[7].

Dengan demikian manajemen kinerja adalah proses pemahaman apa yang harus dicapai

dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu dan bagaimana

cara mengatur aktivitas dan sumber daya yang tepat agar tujuan atau kinerja

yang diinginkan dapat dicapai.

Guru agama—sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem guru secara holistik,

like or dislike dituntut untuk meningkatkan kinerja dan profesionalismenya,

apalagi dalam menghadapi tantangan global.

Guru agama harus memiliki etos kerja yang tinggi dan profesional.

itu tidak hanya berorientasi pada peningkatan kualitas dimensi personal dan sosial,

tetapi juga perlu adanya keseimbangan dengan peningkatan kualitas dimensi intelektual

dan profesionalannya. Karena itu, perlu adanya keseimbangan antara orientasi pendidikan agama

yang menuntut kesalehan individu dan sosial dengan kesalehan intelektual dan profesional.

Menarik untuk dicermati, pandangan Muhaimin,[8]ada beberapa karakteristik

yang menandai kesalehan inelektual dan profesional guru. (1) memiliki kepribadian

yang matang dan berkembang, karena bagaimanapun profesionalism is predominantly an attitude,

not only a set of compeencies; (2) menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

(bidang keahliannya) serta wawasan pengembangannya, karena seorang guru

yang dapat memberi inspirasi siswanya tentang ilmu pengetahuan,

haruslah menguasai ilmu pengetahuan itu sendiri—tidak boleh setengah-setengah;

(3) menguasai keterampilan untuk membangkitkan minat siswa kepada ilmu pengetahuan;

dan (4) siap untuk mengembangkan profesi yang berkesinambungan,

agar ilmu dan keahliannya tidak cepat usang atau out of date. Sebagai implikasinya,

guru agama akan selalu concern dan komitmen dalam peningkatan studi lanjut,

mengikuti kegiatan-kegiatan diskusi, seminar, pelatihan dan lain-lainnya.

Uraian di atas mengilustrasikan keadaan etos kerja guru—termasuk guru agama,

yang positif dan tinggi. Sebaliknya, terdapat prototype guru yang kondisi etos kerjanya rendah.

Sejumlah prototype itu misalnya (1) guru yang malas; (2) guru yang pudar; (3) guru tua;

(4) guru yang kurang demokratis; dan (5) guru yang suka menentang.

Sejumlah prototype guru tersebut dapat dipakai sebagai kerangka teoretik

untuk memahami keadaan etos kerja guru agama di sekolah umum—

terutama dalam konteks etos kerja yang negatif dan rendah.

Guru Agama dalam Tantangan Ekonomi Global

Pemenang Hadiah Nobel bidang ekonomi, Joseph Stiglitz, mendefinisikan globalisasi sebagai

"integrasi lebih dekat antara negara dan penduduk dunia… melalui cara…

penghancuran batas artifisial untuk arus barang, jasa, modal, pengetahuan dan

penduduk secara lintas batas." Thomas Friedman dalam bukunya, The World is Flat,

menulis bahwa dunia kini menjadi sebuah tingkat lapangan permainan.[9]

Apa implikasi semua itu bagi dunia pendidikan? Dengan bahasa mudah bisa

dikatakan negara yang tidak menghasilkan lulusan tingkat dunia akan

terjungkal di lapangan datar kompetisi—sebab di dunia yang datar—

semua kompetitor memiliki peluang sama. Jadi siapa saja yang tak mampu

meningkatkan kemampuan dalam kesempatan ini akan tertinggal di belakang.

Lebih khusus lagi, peneliti pendidikan menemukan negara yang gagal membangun standar

"pendidikan internasional", secara negatif akan berpengaruh pada kondisi ekonomi,

politik, dan masalah sosial dunia.

Seruan ini mengingatkan pentingnya melihat bagaimana standar pendidikan

"internasional" di Indonesia; dan bagaimana setiap guru—termasuk guru agama

mampu mempersiapkan siswanya untuk bersaing di dunia global secara kompetitif.

Pendidikan lokal pada semua tingkat masih jauh dari standar kompetitif global;

termasuk juga di Indonesia. Pada tahun 2005 ada sekitar 10.854.254 lulusan pendidikan sekarang

"masih menganggur."[10] Jumlah ini adalah lulusan sarjana dan diploma,

termasuk lulusan SMA yang berasal dari pendidikan lokal. Para analisis menyebut ini

masalah nasional karena rendahnya kemampuan guru dan kualitas belajar di Indonesia.

Maka tidak mengejutkan, dari sekitar 2,7 juta guru di negara ini, hanya 300.000

yang memiliki sertifikat mengajar. Para guru di Indonesia memiliki kendala berbagai macam

termasuk minimnya pelatihan, rendahnya kualifikasi pendidikan,

kecilnya gaji dan buruknya fasilitas pendukung. Untuk mengatasi masalah ini,

pemerintah telah menyatakan akan menaikkan anggaran gaji guru

sebesar Rp 50 triliun di tahun 2009; dan menaikkan gaji hingga 100 persen

bagi beberapa guru. Meski demikian, kompensasi penambahan gaji ini tidak serta merta

dapat meningkatkan kualitas guru untuk mencapai standar internasional.

Keahlian dasar sangat dibutuhkan di pasar tenaga kerja Indonesia dan ekonomi global

membutuhkan keahlian berpikir kritis, keahlian memecahkan persoalan,

berpikir dalam gambaran besar, keahlian komunikasi dan sebuah sikap terus belajar

seumur hidup—utlub al-‘Ilma min al-Mahdi ila al-Lahdi.

Para guru agama seharusnya menggunakan riset internet, untuk memperbarui bahan pengajaran,

dan menemukan metode cara mengajar yang lebih baik dari seluruh lembaga di belahan dunia.

Dengan jalan ini, para guru agama tidak harus tergantung pada pelatihan yang diadakan negara,

namun dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan diri secara otonom.

Para siswa juga harus dilatih mencari pengetahuan secara independen dan

memiliki sebuah sikap belajar terus-menerus, baik melalui internet atau sumber lain seperti buku,

majalah, dan surat kabar. Terus belajar menjadi penting karena perubahan adalah satu-satunya

kekuatan tetap dalam dunia global. Mereka yang gagal mengubah diri hanya akan tertinggal

di belakang atau keluar dari persaingan.

Penutup

Guru agama memiliki peran yang urgen dengan menilik pada tujuan pendidikan nasional

yang the ultimate goalnya ingin menciptakan siswa yang beriman dan bertaqwa.

Apalagi memasuki era ekonomi global yang menuntut adanya kemampuan

dan keahlian yang mumpuni—profesional, sehingga guru agama tetap eksis dan

mampu melahirkan generasi yang lebih baik. “Didiklah anak-anakmu tidak seperti kamu dididik dahulu,

karena anak-anakmu dipersiapkan untuk zamannya yang berbeda dengan zamanmu” kata sahabat Umar.

Anak-anakmu sejatinya bukan anakmu, tetapi anak zamannya”, lanjut Umar.

Wallahu a’lam bi al-shawab

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aqib, Zainal, dan Elham Rohmanto, 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah,

Bandung: Yrama Widya

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka

Harian Global - PT Paradigma Baru Globalindo. 2008 All rights reserved.

Makalah Kenneth Cock, Direktur Sampoerna Foundation Teacher Institute (SF TI)

dengan judul "The Challenges of Globalization for Indonesian Teachers”.

Kunandar, 2007. Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: RajaGrafindo Persada

Muhaimin, et. al., 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,

Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E., 2004, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi,

Bandung: Remaja Rosdakarya

Nurdin, Syafrudin, 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,

Jakarta: Quantum Teaching

Undang-Undang RI, No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

Jakarta: BP. Media Pustaka Mandiri, 2006

Uzer Usman, Moh., 2006. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya

Wahyu Pari Dunda, Juli, 2005. Konsep Kinerja Guru dalam Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI),

Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,

Dr. H. Rahman, dkk. (Editor), Jatinangor: Al-Qaprint


[1]Dalam bidang pendidikan diperlukan berbagai teknologi dan inovasi

untuk memecahkan berbagai permasalahan yang menyangkut proses belajar mengajar,

baik yang berkaitan dengan kebijaksanaan, manajemen, pendekatan,

strategi, isi maupun sumber-sumber pendidikan dan pembelajaran.

Untuk kepentingan tersebut para personil pendidikan di antaranya guru,

harus senantiasa meningkatkan profesionalisme. Baca lebih lanjut E. Mulyasa,

Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-6, h. 153-154. Guru yang profesional

dalam menghadapi tantangan yang cukup berat itu diperlukan kriteria

(1). Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal,

(2). Meningkatkan dan memelihara citra profesi, (3). Keinginan untuk senantiasa

mengejar kesempatan pengembangan profesional, (4). Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi,

(5). Memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Lihat Zainal Aqib dan Elham Rohmanto,

Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah,

(Bandung: CV. Yrama Widya, 2007), Cet. Ke-1, h. 146. Bandingkan juga istilah profesionalisme

Syafruddin Nurdin dalam Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum

(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 14, yang menyebutkan kriteria profesi

mengutIp pendapat Mukhtar Luthfi, (1). Panggilan hidup,

(2). Pengetahuan dan kecakapan/keahlian, (3). Kebakuan yang universal,

(4). Pengabdian, (5). Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif,

(6) Otonomi, (7). Kode etik, (8), Klien. Sedangkan menurut Brikan Barky al-Quraisyi

dalam menghadapi tantangan yang sedemikian berat di bidang pendidikan

diperlukan guru yang memiliki sifat, (1). Dalam tindakan mengajar selalu berorientasi

mencari keridhaan Allah, (2). Menerapkan ilmunya dalam bentuk perbuatan,

(3). Amanah, (4). Menguasai dan mendalami bidang ilmunya,

(5). Mempunyai kemampuan mengajar, (6). Bersikap lemah lembut dan

kasih sayang terhadap peserta didik, (7). Memahami tabiat,

kemampuan dan kesiapan peserta didik. Lihat Muhaimin, et. al.,

Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), cet. ke-2, h. 97

[2] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),

Cet. Ke-19, h. 14

[3]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka: 1999), Cet. Ke-9, h. 503

[4] Lihat Juli Wahyu Pari Dunda, Konsep Kinerja Guru dalam

Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI),

Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,

Dr. H. Rahman, dkk. (Editor), (Jatinangor: Al-Qaprint, 2005), h. 70.

Dalam buku ini juga dijelaskan kinerja disamakan dengan “performance”.

Dalam Webster International Dictionary, disebutkan bahwa

“performance is the ability to perform capability to achieve a desire result”,

yang menekankan pada kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas.

Hal senada juga dikemukakan oleh Sutermeister yaitu

… we have recogniced that employee performance depends on

both motivation and ability.” Ibid, h. 71

[5] Ibid, h. 71

[6] Ibid, h. 73

[7] Lihat lebih lanjut Undang-Undang RI, No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

(Jakarta: BP. Media Pustaka Mandiri, 2006), h. 47

[8] Baca lebih lanjut Muhaimin, at.al., Paradigma Pendidikan Islam

Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),

Cet. Ke-2, h. 116-118

[9] Baca Harian Global - PT Paradigma Baru Globalindo.

2008 All rights reserved. Makalah Kenneth Cock, Direktur Sampoerna

Foundation Teacher Institute (SF TI) dengan judul "The Challenges of Globalization

for Indonesian Teachers”.

[10] Kunandar, Guru Profesional,

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan

Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, h. 3

40 comments:

Ian Nobi Purnama mengatakan...

Ian Nobi Purnama
semester VIII STIT Al Amin Kandanghaur

Menurut saya, STIT Al Amin sebagai lembaga pencetak guru agama harus lebih tanggap akan mensikapi tantangan ekonomi global, yaitu dengan menambah mata Kuliah Kewiraswastaan dan Pendidikan Ekonomi Syariah, sehingga lulusan STIT Al Amin tidak hanya sebagai Calon Guru yang Handal tetapi juga Ahli ekonomi Syariah yang mampu menghadapi tantangan ekonomi Global. ( nilai A ya Pa... )

AAN ANSORI mengatakan...

AAN ANSORI
Semester VIII STIT Al Amin Kandanghaur

Guru Agama yang handal adalah guru yang mampu memberdayakan dirinya untuk menghadapi tantangan ekonomi global, tidak hanya mengubah pola pikir dan cara pandangnya terhadap ekonomi global yang akan bergulir tetapi juga mengubah sikap dan tingkah lakunya

Ian Nobi Purnama mengatakan...

jawaban Nomer 3
Guru hendaknya
(1) memiliki kepribadian yang matang dan berkembang, karena bagaimanapun profesionalism is predominantly an attitude,
not only a set of compeencies;
(2) menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi(bidang keahliannya) serta wawasan pengembangannya, karena seorang guru yang dapat memberi inspirasi siswanya tentang ilmu pengetahuan,haruslah menguasai ilmu pengetahuan itu sendiri—tidak boleh setengah-setengah;
(3) menguasai keterampilan untuk membangkitkan minat siswa kepada ilmu pengetahuan;
dan (4) siap untuk mengembangkan profesi yang berkesinambungan,

saeful mengatakan...

nama : Mahmudin
smstr : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. membuka diri terhadap perkembangan zaman dan seselektf mungkin dalam menerima Iptek dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya bagi ajaran Islam.
b.

saeful mengatakan...

nama : Saeful Bakri
Smster : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

saeful mengatakan...

nama : Muhammad Nurudin
Smster : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. membuka diri terhadap perkembangan jaman serta mengembangkan pemikiran, informasi yang sejalandengan nilaia-nilai ajaran Islam dan mampu Memenfaatkan Iptek untuk kehidupan sosial dan keagamaan umat.

saeful mengatakan...

nama : mu'jizin
smstr : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. Menurut saya, STIT Al Amin sebagai lembaga pencetak guru agama harus lebih tanggap akan mensikapi tantangan ekonomi global, yaitu dengan menambah mata Kuliah Kewiraswastaan dan Pendidikan Ekonomi Syariah, sehingga lulusan STIT Al Amin tidak hanya sebagai Calon Guru yang Handal tetapi juga Ahli ekonomi Syariah yang mampu menghadapi tantangan ekonomi Global. ( nilai A ya Pa... )

saeful mengatakan...

nama : Taryo Bintoro
smstr : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
3.Guru Agama yang handal adalah guru yang mampu memberdayakan dirinya untuk menghadapi tantangan ekonomi global, tidak hanya mengubah pola pikir dan cara pandangnya terhadap ekonomi global yang akan bergulir tetapi juga mengubah sikap dan tingkah lakunya

saeful mengatakan...

nama : Zaeni
Smster : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. membuka diri terhadap perkembangan jaman serta mengembangkan pemikiran, informasi yang sejalandengan nilaia-nilai ajaran Islam dan mampu Memenfaatkan Iptek untuk kehidupan sosial dan keagamaan umat.

2009 Juli 12 07:41
Hapus
Blogger saeful berkata...

nama : mu'jizin
smstr : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. dalam kaitan dampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

saeful mengatakan...

nama : Mulyono
smstr : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Guru Agama yang handal adalah guru yang mampu memberdayakan dirinya untuk menghadapi tantangan ekonomi global, tidak hanya mengubah pola pikir dan cara pandangnya terhadap ekonomi global yang akan bergulir tetapi juga mengubah sikap dan tingkah lakunya

saeful mengatakan...

nama : Mulyono
smstr : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Guru Agama yang handal adalah guru yang mampu memberdayakan dirinya untuk menghadapi tantangan ekonomi global, tidak hanya mengubah pola pikir dan cara pandangnya terhadap ekonomi global yang akan bergulir tetapi juga mengubah sikap dan tingkah lakunya

saeful mengatakan...

nama : Saliman
Smster : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. membuka diri terhadap perkembangan zaman dan seselektf mungkin dalam menerima Iptek dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya bagi ajaran Islam.

saeful mengatakan...

nama : Sudarto
Smster : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. membuka diri terhadap perkembangan jaman serta mengembangkan pemikiran, informasi yang sejalandengan nilaia-nilai ajaran Islam dan mampu Memenfaatkan Iptek untuk kehidupan sosial dan keagamaan umat.

2009 Juli 12 07:41
Hapus
Blogger saeful berkata...

nama : mu'jizin
smstr : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. dalam kaitan dampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

saeful mengatakan...

nama : Siti Rohmah
smstr : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. membuka diri terhadap perkembangan zaman dan seselektf mungkin dalam menerima Iptek dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya bagi ajaran Islam.

saeful mengatakan...

nama : Siti Rohmah
smstr : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. membuka diri terhadap perkembangan zaman dan seselektf mungkin dalam menerima Iptek dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya bagi ajaran Islam.

saeful mengatakan...

nama : Siti Rohmah
smstr : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. membuka diri terhadap perkembangan zaman dan seselektf mungkin dalam menerima Iptek dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya bagi ajaran Islam.

saeful mengatakan...

nama : Oom Qomariyah
Smster : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. nama : Saeful Bakri
Smster : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)

saeful mengatakan...

nama : sherlilawati
Smster : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. Guru Agama yang handal adalah guru yang mampu memberdayakan dirinya untuk menghadapi tantangan ekonomi global, tidak hanya mengubah pola pikir dan cara pandangnya terhadap ekonomi global yang akan bergulir tetapi juga mengubah sikap dan tingkah lakunya

saeful mengatakan...

nama : Ramli
smstr : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. membuka diri terhadap perkembangan jaman serta mengembangkan pemikiran, informasi yang sejalandengan nilaia-nilai ajaran Islam dan mampu Memenfaatkan Iptek untuk kehidupan sosial dan keagamaan umat.

saeful mengatakan...

nama : Edi Kusnadi
smstr : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

SUBI's BLOG mengatakan...

nama :Wahyu Siti Nurhayati
Semester :VIII
1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. membuka diri terhadap perkembangan jaman serta mengembangkan pemikiran, informasi yang sejalandengan nilaia-nilai ajaran Islam dan mampu Memenfaatkan Iptek untuk kehidupan sosial dan keagamaan umat.

SUBI's BLOG mengatakan...

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3.Guru Agama yang handal adalah guru yang mampu memberdayakan dirinya untuk menghadapi tantangan ekonomi global, tidak hanya mengubah pola pikir dan cara pandangnya terhadap ekonomi global yang akan bergulir tetapi juga mengubah sikap dan tingkah lakunya
Dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia.
membuka diri terhadap perkembangan zaman dan seselektf mungkin dalam menerima Iptek dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya bagi ajaran Islam.

SUBI's BLOG mengatakan...

nama : Suherlan GP
Semester : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

SUBI's BLOG mengatakan...

nama : Widya Purwaningsih
Semester :VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

SUBI's BLOG mengatakan...

Nama : Maila Al Husna
Semester :VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

SUBI's BLOG mengatakan...

Nama : Surniti
Semester : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

SUBI's BLOG mengatakan...

Nama : Nur'aliyah
Semester : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

SUBI's BLOG mengatakan...

Nama : Tardi
Semester : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

SUBI's BLOG mengatakan...

Nama : Eni Suheni
Semester : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

SUBI's BLOG mengatakan...

Nama : Rinoto
Semester : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

SUBI's BLOG mengatakan...

Nama : Warnesih
Semester : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

SUBI's BLOG mengatakan...

Nama : Hj. Uniyah
Semester : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. dalam sejarah peradaban Islam dapat kita telaah, bahwa para ilmuan muslim, para filosof, para ulama, dan sebagainya, memiliki sikap positif terhadap ilmu dan tehnologi yang non-Islamis, ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin hal. 32)
3. Dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.

SUBI's BLOG mengatakan...

Nama : Afifah
Semester : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. membuka diri terhadap perkembangan jaman serta mengembangkan pemikiran, informasi yang sejalandengan nilaia-nilai ajaran Islam dan mampu Memenfaatkan Iptek untuk kehidupan sosial dan keagamaan umat.

SUBI's BLOG mengatakan...

Nama : Husni
Semester : VIII

1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. membuka diri terhadap perkembangan jaman serta mengembangkan pemikiran, informasi yang sejalandengan nilaia-nilai ajaran Islam dan mampu Memenfaatkan Iptek untuk kehidupan sosial dan keagamaan umat.

SUBI's BLOG mengatakan...

Jawaban Bidin Muhaidin Semeter VIII. yang ga da namanya or yng pnya Blog Banget Indramayu. (yg pnya Banget Indramayu nilainya A yeahh,,,, pa....) Makash. He,,,,,,3X

bambang hermanto mengatakan...

JAWABAN

1. 3 Point hal yang esensial pada makalah” GURU AGAMA DAN TANTANGAN EKONOMI GLOBAL “ Yaitu :

a.1 Guru agam memiliki peran yang urgen dengan memiliki pada tujuan pendidikan nasional yang ultimate goalnya ingin menciptakan siswa yang beriman dan bertaqwa.

a.2 Memasuki era ekonomi global , guru agama di tuntut adanya kemampuan dan keahlian , professional dan mampu melahirkan generasi yang lebih baik.

a.3 Guru agama harus memiliki etos kerja yang tinggi dan profesinal dengan kualifikasi akademik yang dimilikinya.


2. PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM oleh MUHAIMIN


3. Pendapat saya dalam tantangan ekonomi global yaitu Seorang guru agam jangan hanya cukupbisa membaca dan menulis alqur’an saja, akan tetapi juga harus mampu menjaga sikap dan perilaku sebagai guru agama dan yang penting juga guru agama harus selalu pro aktif dalam setiap kemungkaran dan kedloliman yang selalu menantang dihadapan mata kita, sebab banyak guru agama yang hanya biasanya menyalahkan [penonton] tetapi tak mampu melakukan apa-apa.

bambang hermanto mengatakan...

JAWABAN

1. 3 Point hal yang esensial pada makalah” GURU AGAMA DAN TANTANGAN EKONOMI GLOBAL “ Yaitu :

a.1 Guru agam memiliki peran yang urgen dengan memiliki pada tujuan pendidikan nasional yang ultimate goalnya ingin menciptakan siswa yang beriman dan bertaqwa.

a.2 Memasuki era ekonomi global , guru agama di tuntut adanya kemampuan dan keahlian , professional dan mampu melahirkan generasi yang lebih baik.

a.3 Guru agama harus memiliki etos kerja yang tinggi dan profesinal dengan kualifikasi akademik yang dimilikinya.


2. PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM oleh MUHAIMIN


3. Pendapat saya dalam tantangan ekonomi global yaitu Seorang guru agam jangan hanya cukupbisa membaca dan menulis alqur’an saja, akan tetapi juga harus mampu menjaga sikap dan perilaku sebagai guru agama dan yang penting juga guru agama harus selalu pro aktif dalam setiap kemungkaran dan kedloliman yang selalu menantang dihadapan mata kita, sebab banyak guru agama yang hanya biasanya menyalahkan [penonton] tetapi tak mampu melakukan apa-apa.

bambang hermanto mengatakan...

NAMA : BAMBANG HERMANTO
NO UJIAN : 09 VIII 031
SEMESTER : VIII

Pendapat Saya :

1. 3 Point hal yang esensial pada makalah” GURU AGAMA DAN TANTANGAN EKONOMI GLOBAL “ Yaitu :

a.1 Guru agam memiliki peran yang urgen dengan memiliki pada tujuan pendidikan nasional yang ultimate goalnya ingin menciptakan siswa yang beriman dan bertaqwa.

a.2 Memasuki era ekonomi global , guru agama di tuntut adanya kemampuan dan keahlian , professional dan mampu melahirkan generasi yang lebih baik.

a.3 Guru agama harus memiliki etos kerja yang tinggi dan profesinal dengan kualifikasi akademik yang dimilikinya.


2. PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM oleh MUHAIMIN

3. Pendapat saya dalam tantangan ekonomi global yaitu Seorang guru agam jangan hanya cukupbisa membaca dan menulis alqur’an saja, akan tetapi juga harus mampu menjaga sikap dan perilaku sebagai guru agama dan yang penting juga guru agama harus selalu pro aktif dalam setiap kemungkaran dan kedloliman yang selalu menantang dihadapan mata kita, sebab banyak guru agama yang hanya biasanya menyalahkan [penonton] tetapi tak mampu melakukan apa-apa.

sangga mengatakan...

RENA YULIANI
Semester VIII
1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. Menurut Saya :
a. Guru agama harus peka terhadap perkembangan ekonomi di Era Globalisasi ini.
b. Guru agama harus memiliki etos kerja yang tinggi dan profesional.
c. Guru Agama harus memiliki kemampuan intelektual yang tinggi dan harus kreatif dan inovatif dalam berbagai situasi.

sangga mengatakan...

MUHAMMAD AMIN
Semester VIII
1. a. guru harus profesional, karena memiliki posisi sentral dalam pendidikan
b. kinerja guru, yakni perilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu menyampaikan pengajaran
c. karakter yang menandai kesalehan intelektual dan profesional guru.
2. a. kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi terhadap ilmu-ilmu keagamaaan saja melainkan menyeluruh, meliputi ilmu agama dan umum.(Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 44)
b. orang yang berilmu akan dapat mengatasi problem hidup yang dihadapi. ( Pendidikan Agama Islam. Setiadi DS. SETI-AJI. hal. 45)
c. beberapa pakar Iptek berpendapat bahwa alih tehnologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah karena scien merupakan suatu proses dari sejumlah formulasi, pembongkaran, dan analisis, dan gambaran-gambaran konseptual. ( Kapita Selekta Pendidikan Islam. Drs. H. Djamaludin. hal. 33)
3. dalam kaitandampak iptek yang cenderung kearah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan itu mengandung nilai positif atau negatif. di sinilah sangat dibutuhkan peranan umat islam khususnya seorang guru mampu mengendalikan iptek demi kesejahteraan manusia di muka bumi.