-->
Oleh: DR. H. Masduki Duryat, M. Pd.I*)
Tahun 2024 sebentar lagi menjelang, tahun perhelatan dan kontestasi politik di Indonesia untuk pemilihan Presiden, calon anggota legislative dan kepala daerah. Dinamika dan konstelasinya—terutama pada pemilihan Presiden--sudah terasa dari sekarang, yang kalau kita bercermin pada media sosial, polarisasi dan kecenderungan pada black campaign maupun negative campaign sudah sangat kentara.
Ilustrasi |
Oleh: Masduki Duryat*)
Sebentar lagi kita menyongsong bulan Ramadhan Kariem. Kemuliaan Ramadhan sangat dinanti oleh ummat Islam karena di dalamnya di samping diwajibkan melaksanakan ibadah puasa, juga karena di bulan ini al-Quran diturunkan—sebagai pedoman hidup ummat Islam—sehingga berkonsekuensi adanya lailatul qadar.
Ilustrasi makan siang gratis |
Oleh: Masduki Duryat*)
Wacana makan siang gratis untuk anak sekolah—yang merupakan program salah satu Capres—akan dibebankan pada dana BOS. Menko Perekonomian mewacanakan ini dan menimbulkan gelombang riuh pada dunia pendidikan, pasalnya dana BOS yang ada sekarang masih sangat menyulitkan bagi sekolah-sekolah yang intensitas kegiatannya sangat tinggi. Realitasnya masyarakat Indonesia masih membutuhkan fasilitas, sarana prasarana pendidikan dan penambahan gedung pendidikan baru ketimbang program makan siang gratis.
Ilustrasi : Bing Image |
Oleh: Masduki Duryat*)
Sekian lama kita mengalami Proses domestifikasi (penjinakan) dan stupidikasi (pembodohan) dalam pendidikan. Peserta didik menjadi subjek eksploitasi oleh suatu kekuasaan di luar pendidikan dan menjadikan peserta didik sebagai budak dan alat dari penjajahan mental yang dilakukan oleh para penguasa. Proses domestifikasi dalam pendidikan ini dapat kita lihat dari perlakuan yang salah terhadap ijazah (pemujaan ijazah).