-->

ads

Distingsi Kebijakan Pendidikan Indonesia Dengan Finlandia

Kamis, 10 Agustus 2023
Nadiem Makarim (Dok. Detik.com)

Sebuah kebijakan publik diambil hendaknya pro publik dan mensyaratkan terpenuhinya instrument-instrumen penunjang dan disusun secara sistematis melalui tahapan-tahapan. Kebijakan publik yang pro publik memiliki kriteria harus melibatkan publik dalam setiap tahapan penyusunan, realistik, transparan, jelas tolok ukur keberhasilan, jelas target atau sasaran, jelas dasar hukum, dan antar kebijakan tidak terjadi tumpang tindih atau bertentangan. Kebijakan publik dewasa ini diharapkan berfokus pada pelayanan publik, sebagai pengimbang pajak atau retribusi yang ditarik oleh pemerintah.


Salah satu kebijakan publik tersebut adalah kebijakan di dunia pendidikan. Sistem pendidikan ini mencakup pada skala nasional, hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, dengan bunyi: “Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.”


Pemerintah dari tahun ke tahun berupaya untuk memperbaiki diri dengan mengeluarkan kebijakan dalam bidang pendidikan. Namun pada kenyataannya kebijakan tersebut masih saja di bayang-bayangi atau ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politik kelompok tertentu, sehingga dalam pelaksanaaanya jauh panggang dari api karena hasil yang di dapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi. 


Kebijakan Pendidikan Menteri Nadiem Makarim

Saat ini Mas Menteri Nadiem Makarim sedang berusaha merombak kebijakan pendidikan dengan sejumlah program prioritas di tahun 2021 seperti dikutip dalam Kompas.com - 04/09/2020, 13:00 WIB dan mengatakan: "Hampir semua program kita itu bertumpu untuk memberikan suatu kemerdekaan bagi murid, kemerdekaan bagi guru, kemerdekaan bagi unit pendidikan dan juga kemerdekaan bagi ekosistem pendidikan untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan," 


Program yang dikeluarkan meliputi; Pertama, Pembiayaan sekolah; Kedua, Digitalisasi sekolah; Ketiga,  sekolah penggerak dan guru bergerak; Keempat, Peningkatan kualitas kurikulum dan Asesmen Kompetensi Minimum; Kelima, Revitalisasi Pendidikan Vokasi; Keenam, Program Kampus Merdeka, dan Ketujuh, Pemajuan budaya dan bahasa. 


Dari sejumlah program tersebut dapat dibayangkan mas menteri menginginkan kita berlari mengejar ketertinggalan, akan tetapi tidak semua orang bisa berlari, semuanya butuh waktu, kapasitas orang berbeda-beda dan ada banyak faktor penghambat untuk mengejar ketertinggalan itu.


Pendidikan Finlandia; Distingsi Kebijakan 

Sementara Negara di Eropa yang dianggap cukup sukses dalam pembangunan pendidikannya adalah Finlandia. Kalau kita bercermin dengan Finlandia, maka system pendidikan di Indonesia kalah dan tertinggal jauh dari Negara satu ini.


Revolusi sistem pendidikan Finlandia dimulai sejak tahun 1968, ketika pemerintah memutuskan untuk menghapus sistem pendidikan berjenjang (parallel school system/PSS) dan menggantikannya dengan sistem pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun. PSS merupakan sistem pendidikan yang mengutamakan pendidikan berjenjang bagi seluruh siswa.


Siswa tidak lagi mengejar angka dan peringkat selama menjalani pendidikan wajib dasar 9 tahun, namun mengejar pemahaman dan penerapan ilmu yang diberikan sesuai dengan kurikulum pendidikan dasar nasional. Sistem peringkat (ranking), baik peringkat siswa maupun peringkat sekolah (sekolah favorit atau non-favorit), serta sistem evaluasi ujian nasional untuk kenaikan kelas di tiap jenjang pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun dihapus. Sementara di Indonesia perankingan masih berlaku meskipun tidak tertulis di buku raport dan label sekolah favorit masih melekat meskipun sudah diterapkan system penerimaan siswa baru dengan zonasi.


Pada tahun 1974, pemerintah Finlandia memutuskan untuk meningkatkan kompetensi tenaga pengajar dan pendidik di seluruh jenjang pendidikan. persyaratan untuk menjadi seorang guru sekolah dasar adalah seseorang yang telah memperoleh ijasah strata-2 (magister) di bidang pendidikan (Master of Arts on Education). Saringan seleksi para guru diperketat guna memperoleh guru dan tenaga pendidik yang handal dan berkompeten dalam memberikan ilmu kepada seluruh siswa. 


Sementara bagaimana dengan di Indonesia sendiri, guru yang mengajar dengan ijazah S1 dan sesuai dengan jurusanya saja sudah beruntung, kenyataan di lapangan masih banyak terdapat guru yang mengajar tidak sesuai dengan keahliannya atau bidah profesinya dikarenakan karena kekurangan atau penyebaran guru bidang tidak merata ataupun karena kebanyakan adanya sekolah swasta/yayasan sehingga ketika anggota keluarganya ada yang mengajar tidak sesuai dengan bidangnya dianggap biasa-biasa saja. 


Gaji guru di finlandia sekitar lebih dari 40 juta per-bulan, profesi guru merupakan profesi yang sangat diminati dan dihormati di Finlandia setara dengan profesi dokter dan profesi terhormat lainnya. Sementara kebijakan pemerintah Indonesia selalu membuat air mata guru selalu mengalir. Banyak guru yang mendapatkan gaji tidak layak, sehingga boro-boro memikirkan kualitas pendidikan yang bagus, mengajar dengan tenang kalau masalah finansial masih menjadi masalah pokok bagi guru. Guru di Indonesia terutama guru-guru honorer masih harus memikirkan besok mau makan apa, mau mendapatkan penghasilan dari mana lagi, mau ngutang kemana lagi. Miris memang melihat fenomena semacam ini. 


Gaji guru di Indonesia, jangankan yang honorer yang PNS saja rasanya tidak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup selama satu bulan meskipun ada tunjangan fungsiona guru/sertifikasi. Karena kebutuhan hidup yang kian meningkat ditambah kenaikan BBM yang tanpa kompromi. 


Tahun 1985 merupakan kulminasi penerapan sistem desentralisasi pendidikan di Finlandia. Pendidikan nasional tidak lagi menjadi wilayah eksklusif Pemerintah. Pemerintah daerah diberikan kekuasaan yang luas dalam melaksanakan dan mengorganisasi administrasi pendidikan di wilayah kekuasaan administratifnya. Pemerintah Daerah diberikan kekuasaan untuk menetapkan kurikulum pendidikan yang akan dilaksanakan oleh tiap-tiap sekolah yang berada di wilayah kekuasaan administratifnya. Namun demikian, kurikulum pendidikan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah wajib merujuk dan berpegang teguh pada garis-garis besar kebijakan pendidikan nasional, dan kurikulum inti sekolah yang telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan dan Badan Pendidikan Nasional Finlandia (Finnish National Board of Education), yang tertuang dalam berbagai legislasi nasional di bidang pendidikan.


Sistem Pendidikan di Finlandia memiliki tujuan utama untuk  mewujudkan high-level education for all. Guru di Finlandia harus memiliki gelar master dan mengajar dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran kooperatif. Finlandia sangat menghargai hasil kerja para guru, sehingga gaji guru di Finlandia lebih dari 40 juta per bulan. Pendidikan di Finlandia jarang mengganti kurikulum pendidikannya. Perencanaan kurikulum adalah tanggung jawab guru, sekolah dan pemerintah kota, bukan pemerintah pusat. Peserta didik di Finlandia memiliki jam belajar yang relatif singkat di sekolah. Mereka tidak dibebani dengan banyak pekerjaan rumah, ujian terstandar bertaruhan tinggi dan tidak ada sistem ranking. Pembiayaan pendidikan di Finlandia dari jenjang sekolah dasar hingga pendidikan tinggi dan pendidikan orang dewasa, hampir sepenuhnya dengan sumber publik.


Negara Finlandia memiliki kurikulum yang tidak pernah berubah, hal ini meyesuaikan dengan kultur yang ada di negara tersebut. Kementerian Pendidikan di Finlandia menyatakan bahwa pendidikan  merupakan sektor pembangunan yang paling berpengaruh dalam perekonomian negara.


Pendidikan di Finlandia dikenal sebagai sistem pendidikan terbaik di seluruh dunia. Sejak hasil ujian internasional Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) keluar pada tahun 2000, Finlandia mendapat perhatian khusus dari seluruh dunia. Remaja Finlandia berhasil menempati peringkat pertama bersama dengan Korea Selatan dan Jepang. Pada hasil tersebut, Finlandia menempati peringkat pertama di Literasi Membaca, keempat di Matematika, dan ketiga di Ilmu Alam.


Keunggulan dari sistem pendidikan di Finlandia meliputi ; 1) Sistem pendidikan dengan kesetaraan serta keadilan bagi seluruh masyarakat, 2) Pendidikan berbasis inklusi sudah diterapkan, 3) Biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah, 4) Kurikulum pendidikan yang bersifat konsisten dan fleksibel.


Akan tetapi dari keunggulan itu tentu saja ada kekurangannya, yakni ; 1) Hanya bisa diterapkan pada negara kecil, 2) Tidak adanya standar ukuran yang pasti untuk melihat perkembangan anak secara berkala, hal ini dikarenakan tidak adanya tes secara berkala.


Terdapat inovasi-inovasi yang dilakukan Finlandia dalam mengembangkan sistem Pendidikan—sebagaimana dituturkan oleh Rhenald Kasali—yaitu sebagai berikut: Pertama, Anak-anak di Finlandia tak diperkenankan masuk sekolah dasar kalau umur mereka belum genap 7 tahun;  Kedua, Guru-guru Finlandia punya sistem lain untuk menilai siswa, bukan dari ujian dan pekerjaan rumah; Ketiga, Tak seperti di Indonesia, di Finlandia, anak tak diukur dari 6 tahun pertama mereka mengenyam bangku Pendidikan; Keempat, Hanya ada satu tes standar wajib di Finlandia, yakni ketika mereka berusia 16 tahun; Kelima; Semua anak, pintar atau tidak, belajar di kelas yang sama.


Keenam, 30 persen anak-anak di Finlandia memperoleh beasiswa selama 9 tahun untuk sekolah; Ketujuh, 66 persen anak di Finlandia mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi; Kedelapan, Tak ada jurang yang terlalu lebar yang membedakan siswa yang terpandai dan paling tertinggal di kelas; Kesembilan, Kelas sains di Finlandia diisi maksimal 16 siswa sehingga mereka dapat praktik dan melakukan penelitian; Kesepuluh, 93 persen orang Finlandia adalah lulusan sekolah tinggi.


Kesebelas, Siswa SD memiliki waktu istirahat 75 menit; Keduabelas, Guru hanya menghabiskan 4 jam di kelas. Sementara itu, 2 jam seminggu guru memperoleh pendidikan pengembangan profesi; Ketigabelas, Di Finlandia, jumlah guru dan murid sepadan; Keempatbelas, Biaya sekolah 100 % didanai negara; Kelimabelas, Semua guru di Finlandia harus bergelar master dan sepenuhnya disubsidi pemerintah.


Keenambelas, Kurikulum Nasional hanya sebagai pedoman. Sisanya fleksibel; Ketujuhbelas, 10 % guru dipilih dari 10 perguruan tinggi ternama dan dipilih yang merupakan lulusan terbaik di universitas mereka dan Kedelapanbelas, Di Finlandia, tidak ada gaji yang tak pantas untuk guru.


Pemerintah Finlandia tidak memungut biaya pendidikan kepada warga negaranya. Kurikulum inti ditangani oleh komite pelatihan tripartit (pemerintah, dunia industri dan penyelenggara pendidikan dan pelatihan). Pergantian pucuk pimpinan negara tidak merubah kebijakan pendidikan, sehingga apa yang diprogramkan oleh pemegang kekuasaan sebelumnya tentang kebijakan pendidikan dapat terus berjalan. Hasilnya hanya dalam 14 tahun Finlandia menjadi negara dengan pendidikan nomor satu di dunia. Dalam satu kelas terdapat tiga orang guru (dua guru yang fokus pada penyampaian materi, satu orang guru menemani siswa yang masih tertinggal dalam pelajaran). 


Semua guru wajib bergelar master. Strata satu tidak lagi dibolehkan menjadi guru meskipun di sekolah dasar. Calon guru berasal dari 10 besar mahasiswa di kampusnya yang masih akan disaring dengan lebih ketat. Dalam evaluasi sistem pendidikan Finlandia tidak ada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) seperti di Indonesia, dan juga tidak ada ujian nasional (UAN), tetapi mereka menganut kebijakan “automatic promotion”, naik kelas secara otomatis. Guru selalu siap membantu siswa yang tertinggal sehingga semua naik kelas. Semboyan mereka adalah “Test Less Learn More” (kurangi tes perbanyak belajar). Ukuran kemajuan pendidikan menurut mereka adalah karakter penduduknya bukan pendapatan nasional, kemajuan teknologi dan kekuatan militer. Pemerintah Finlandia juga menyediakan anggaran 5.200 Euro atau sekitar Rp 70 juta untuk setiap siswa per tahun. 


Indonesiaku; Apanya yang Salah?

Sementara di Indonesia jauh panggang dari api. Kapan negara kita akan maju dalam bidang pendidikan? Sementara para penguasa masih sibuk berbenah diri bagaimana caranya mencari pinjaman sana-sini untuk gali lubang tutup lubang, dari hutang satu ke hutang yang lainnya entah sampai kapan hal tersebut akan berakhir. Sampai berapa generasi akan usai. Akankah bangsa ini menjadi pembantu di negerinya sendiri. Negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi. Negeri bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala bisa menghidupi, tongkat kayu bisa menjadi tanaman. Membuktikan bahwa Indonesia adalah negeri yang subur yang seharusnya sumber kekayaan alamnya bisa menghasilkan banyak  kemakmuran bagi bagnsa dan negara, tapi kenyataanya malah terbalik. 


Entah siapa yang harus disalahkan. Jambu  monyetkah? Atau siapa? Lebih baik kita berbenah dari kesadaran individu, ketika setiap individu sadar dengan sesadar-sadarnya, maka sudah bisa dipastikan bangsa ini akan maju dan mampu menghadapi segala problematika bangsa. Sehingga kebijakan publik yang dihasilkan akan benar-benar untuk kepentingan dan berpihak kepada publik.


*)Penulis adalah Dosen Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Tinggal di Kandanghaur Indramayu

25 comments:

AISYAH JAUHARAH MPI C mengatakan...

NAMA : AISYAH JAUHARAH
NIM : 2108109082
KELAS : MPI C

Destinasi kebijakan pendidikan Indonesia dengan Finlandia adalah topik yang menarik. Finlandia dikenal dengan sistem pendidikannya yang sangat sukses, termasuk pendekatan yang berfokus pada keseimbangan antara penilaian dan kreativitas, kurikulum yang fleksibel, serta pendidik yang sangat terlatih dan dihormati. Indonesia dapat memperoleh banyak pembelajaran dari model pendidikan Finlandia, tetapi penting juga untuk mempertimbangkan konteks unik Indonesia dan menyelaraskan kebijakan dengan kebutuhan dan tantangan lokal.

Destinasi kebijakan pendidikan antara Indonesia dan Finlandia memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Finlandia dikenal dengan pendekatan pendidikan yang sangat holistik, yang menekankan pada kurikulum yang fleksibel, penilaian yang kurang tekanan, dan fokus pada pengembangan kreativitas serta keterampilan sosial. Sementara itu, Indonesia sedang berusaha untuk memperbaiki sistem pendidikannya dengan fokus pada aksesibilitas, kualitas, dan relevansi kurikulum. Sambil mempertimbangkan perbedaan konteks dan kebutuhan masyarakat, Indonesia dapat mengambil inspirasi dari beberapa elemen sukses dalam model Finlandia, seperti pengembangan profesionalisme guru, penekanan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan investasi dalam penelitian pendidikan.

Muhammad Hasbi Sabari mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Muhammad Hasbi Sabari mengatakan...

Nama: Muhammad Hasbi Sabari
NIM : 2108109072
Kelas: MPI/6C

Saya setuju dengan pendapat pak Masduki terkait distingsi kebijakan Indonesia dengan Finlandia yang cukup jauh. Indonesia nya tidak salah, karena Indonesia memiliki kekayaan yang sangat melimpah. Hanya saja, orang-orang di dalam nya tidak bisa memanfaatkan kekayaan yang diberikan Allah SWT dengan baik, terutama para penguasa yang ditunjuk untuk memimpin Bangsa ini. Bagaimana negara kita bisa maju terutama dalam hal pendidikan, jika (pemimpin kekuasaan) di dalamnya saja masih banyak yang masih menaikkan ego masing-masing demi kepentingan individu, bukan demi bangsa/negara.Saya tidak bisa berharap banyak bagi pemimpin/calon pemimpin yang ditunjuk untuk memimpin negara ini. Indonesia tidak kekurangan orang-orang pintar, hanya saja kekurangan orang yang jujur.

Mungkin ada beberapa solusi untuk meningkatkan kebijakan pendidikan Indonesia agar bisa mengejar standar pendidikan Finlandia, diantaranya:

1. Penekanan pada Pendidikan yang Berpusat pada Siswa: Mengubah pendekatan pembelajaran menjadi lebih berpusat pada siswa dengan memberikan lebih banyak kebebasan dan kreativitas kepada siswa dalam proses pembelajaran.
2. Perbaikan Kurikulum: Melakukan revisi dan penyempurnaan kurikulum untuk memastikan relevansi, keberagaman, dan kesesuaian dengan kebutuhan siswa serta tuntutan zaman.
3. Pengembangan Kualitas Guru: Melakukan investasi dalam pelatihan dan pengembangan profesional guru, serta meningkatkan kesejahteraan mereka untuk meningkatkan motivasi dan kinerja di kelas.
4. Penilaian yang Komprehensif dan Berkelanjutan: Mengubah pendekatan penilaian menjadi lebih berorientasi pada penilaian formatif yang memberikan umpan balik berkelanjutan kepada siswa, bukan hanya fokus pada ujian akhir.
5. Peningkatan Alokasi Sumber Daya: Meningkatkan investasi dalam pendidikan, termasuk alokasi anggaran yang lebih besar untuk infrastruktur, fasilitas, teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia.
6. Pemberdayaan Sekolah: Memberikan lebih banyak kewenangan kepada sekolah dalam pengambilan keputusan terkait kurikulum, pembelajaran, dan manajemen sekolah.
7. Kemitraan dengan Negara-negara Maju: Membangun kemitraan strategis dengan negara-negara maju, termasuk Finlandia, untuk pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan praktik terbaik dalam bidang pendidikan.
8. Penguatan Riset dan Inovasi Pendidikan: Mendorong riset dan inovasi dalam pendidikan untuk mengidentifikasi dan menerapkan praktik terbaik serta solusi yang inovatif dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Dengan mengambil langkah-langkah tersebut secara berkelanjutan, Indonesia dapat bergerak menuju sistem pendidikan yang lebih baik dan mengejar standar pendidikan yang tinggi seperti yang dicapai oleh Finlandia.

Siti Haliza mengatakan...

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Siti Haliza
Nim : 2108109085
Kelas: MPI 6 c

Topik mengenai hal tersebut cukup menarik, sebagai pelajar di Indonesia melihat majunya perkembangan pendidikan di Findlandia cukup membuat saya menginginkan pendidikan di Indonesia dijadikan seperti disana. Dimulai dari biaya pendidikan yang di cover oleh pemerintah, sehingga seluruh warga disana mendapatkan pendidikan yang setara, peserta didik tidak di beratkan oleh pekerjaan rumah sehingga tidak ada yang stres karena hal tersebut. Lain hal nya dengan di Indonesia, biaya pendidikannya tidak di biayai oleh pemerintah, sehingga banyak anak yang putus sekolah ataupun tidak dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Meskipun disediakan beasiswa
dan juga bantuan dari pemerintah, namun menurut saya penyebarannya masih belum merata. Di Indonesia juga peserta didik masih di beban kan oleh adanya pekerjaan yang menumpuk. Kesejahteraan seorang guru disana sudah sangat terjamin dengan diberikan gaji yang sangat layak bagi seorang guru, lain hal di Indonesia mungkin gaji guru terlebih guru honorer adalah pekerjaan yang gajinya paling kecil di bandingkan profesi lainnya. Hal ini memungkinkan banyak lulusan pendidikan tidak bekerja sesuai dengan jurusannya. Sangat disayangkan di Indonesia profesi guru dianggap pekerjaan yang biasa padahal menjadi guru adalah pekerjaan yang sangat mulia. Dibandingkan dengan di Findlandia guru sangat di hormati seperti profesi dokter.

Indonesia sudah seharusnya mengambil hal yang dapat ditiru untuk di terapkan pula di Indonesia. Jangan menjadikan pendidikan sebagai tempat untuk para penguasa korupsi. Bagaimana pendidikan di Indonesia maju, jika dari para petinggi saja masih memanfaatkan pendidikan untuk hal yang tidak baik. Maka dari itu kita sebagai calon oenerus masa depan harus menata masa depan kita dengan baik agar Indonesia menjadi negara yang maju baik dalam pendidikan, ekonomi dan lain lain. ��

Luthfiyah vira labibah mengatakan...

Nama : Luthfiyah Vira Labibah
NIM : 2108109071
Jurusan: Manajemen Pendidikan Islam
Kelas : 6C

Jika kita bercermin dengan Finlandia, maka system pendidikan di Indonesia akan kalah dan tertinggal jauh. Bagaimana tidak, sistem Pendidikan di Finlandia memiliki tujuan utama untuk mewujudkan high-level education for all. Melihat ketertinggalan pendidikan di Indonesia membuat Menteri Pendidikan Nadiem Makarim membuat sejumlah program yang membuat kita berlari mengejar ketertinggalan, akan tetapi tidak semua orang bisa berlari, semuanya butuh waktu, kapasitas orang berbeda-beda dan ada banyak faktor penghambat untuk mengejar ketertinggalan itu. Jika kita melihat Indonesia negeri yang subur, maka akan timbul pemikiran bahwa sumber kekayaan alam Indonesia seharusnya bisa menghasilkan banyak kemakmuran bagi bangsa dan negara, tapi kenyataanya malah sebaliknya.

Menurut pandangan saya, hal ini tidak bisa disalahkan dalam beberapa pihak, jika kita terus mencari jawaba nya mengapa Indonesia bisa tertinggal jauh dengan pendidikan di Finlandia, maka hal itu tidak akan benar-benar ada. Yang ada hanyalah membuat kita terus membandingkan. Yang harus kita lakukan adalah mengidentifikasi, menganalisa, memperbaiki. Hal yang paling masuk akal yang dapat dilakukan adalah berbenah dari kesadaran individu, ketika setiap individu sadar dengan sesadar-sadarnya, maka sudah bisa dipastikan bangsa ini akan maju dan mampu menghadapi segala problematika bangsa. Terlebih kita sebagai generasi penerus bangsa yang sudah pada hakikatnya menyadari apa yang menjadi kekurangan bangsa kita lalu memperbaikinya dimulai dari diri sendiri. Sehingga kebijakan publik yang dihasilkan akan benar-benar untuk kepentingan dan berpihak kepada publik.

Anonim mengatakan...

Nama:Herni Febriani
Nim:2108109098
Kelas:6C

Finlandia sering dianggap sebagai contoh sukses dalam sistem pendidikan global dengan pendekatan yang sangat berbeda dari banyak negara lain, termasuk Indonesia.

Di Finlandia, pendidikan ditekankan pada kreativitas, kebebasan belajar, dan kesetaraan. Sistem tanpa ujian nasional dan kurikulum yang fleksibel memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri. Selain itu, profesi guru dihargai tinggi dengan seleksi yang ketat dan pendidikan lanjutan yang kuat.

Di sisi lain, Indonesia memiliki tantangan yang berbeda dengan jumlah penduduk yang besar, keragaman budaya, dan infrastruktur pendidikan yang masih terus berkembang. Meskipun demikian, ada upaya yang terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk reformasi kurikulum dan peningkatan kualifikasi guru.

Menyoroti perbedaan dan kesamaan antara kedua negara dapat memberikan wawasan berharga tentang apa yang dapat dilakukan Indonesia untuk memperbaiki sistem pendidikan mereka. Hal ini dapat meliputi pembelajaran dari pendekatan Finlandia dalam memberikan kebebasan kepada siswa dan memperkuat profesionalisme guru, serta mempertimbangkan konteks dan kebutuhan unik Indonesia dalam merancang kebijakan pendidikan yang efektif.

Rukhiyatul Gina mengatakan...

Nama : Rukhiyatul Gina
Nim: 2108109097
Kelas : MPI/6

Tanggapan menurut saya mengenai kebijakan pendidikan di indonesia dan finlandia bagaikan perbandingan dua sistem pendidikan yang kerap digaungkan sebagai yang terbaik di dunia perbandingan ini membuka peluang untuk merefleksikan kembali kebijakan pendidikan di indonesia,kita diajak untuk menelaah persamaan dan perbedaan mencari akar permasalahan dan menggali pelajaran berharga dari pengalaman Finlandia. Namun, konteks di kedua negara berbeda.Kebijakan yang mujarab di Finlandia mungkin tak selalu tepat di indonesia jadi, perbandingan perlu dilakukan dengan cermat dan objektif dengan mempertimbangkan segala faktor yang relevan dan menjadi fokus utama perlu diarahkan pada proses dan pengalaman belajar siswa dengan memperdalam pemahaman tentang kebijakan pendidikan di indonesia dan Finlandia yang dapat mlahirkan ide-ide segar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia untuk mendorong terciptanya diskusi yang terbuka, saling menghormati, dan kaya akan perspektif.Mari jadikan judul ini sebagai batu loncatan untuk memajukan pendidikan di Indonesia yang menjadi tantangan utama yang dihadapi sistem pendidikan Indonesia saat ini.Maka dari itu konteks sosial, budaya, dan ekonomi di kedua negara berbeda, karena kebijakan yang berhasil di Finlandia mungkin tidak dapat diterapkan secara langsung di Indonesia. Oleh karena itu, perbandingan perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan objektivitas, dengan mempertimbangkan segala faktor yang relevan dan menjadikan finlandia sebagai contoh atau panutan dengan negara yang mempunyai kemajuan dalam bidang pendidikan nya.

Layusa Siti Mariam mengatakan...

Nama : Layusa Siti Mariam
Nim : 2108109091
Kelas : 6/ MPI C

Artikel mengenai distingsi kebijakan pendidikan indonesia dengan finlandia ini sangat menarik pak, kebijakan pendidikan di finlandia memang benar patut dibicarakan dan diacungi jempol karena finlandia menetapkan pendidikan sebagai prioritas dimana pemerintah disana beranggapan pendidikan merupakan sektor pembangunan yang paling berpengaruh dalam perekonomian negara makannya mengapa disana pendidikan nya dibiayai secara penuh oleh negara, guru guru sangat diperhatikan dan fasilitas nya sangat terjamin.

Namun ketika kita melihat kebijakan pendidikan di indonesia justru sangat jauh terbalik dengan kebijakan negara finlandia hal ini menjadi salah satu masalah yang masih perlu diperhatikan. Kebijakan pendidikan yang diperkenalkan oleh Menteri Nadiem Makarim menunjukkan upaya yang besar untuk mengubah lanskap pendidikan di Indonesia. Akan tetapi, seperti yang telah di sebutkan bapak dalam artikel ini, implementasinya mungkin tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mengingat Indonesia memiliki populasi yang besar, keragaman budaya, dan tantangan infrastruktur, perubahan-perubahan tersebut akan memerlukan waktu, upaya, dan dukungan yang konsisten dari semua pemangku kepentingan.

Sebenarnya jika ada pertanyaan apakah bisa indonesia mencontoh finlandia? Menurut saya bisa akan tetapi mungkin Indonesia perlu mempertimbangkan konteks dan budayanya sendiri, dimulai dari kesiapan sumber daya dan infrastrukturnya, serta tantangan politik dan ekonominya sebelum menerapkan reformasi pendidikan yang signifikan. Karena untuk mencontoh pendidikan memerlukan waktu yang lama, hal ini menyangkut kebudayaan dan kebiasaan setiap bangsa dan negara.

Alissa Qotrunnada mengatakan...

Nama : Alissa Qotrunnada
Nim : 2108109099
Kelas : MPI6c

Terkait dengan tulisan tersebut, saya juga berpendapat serupa bahwa sistem pendidikan di Indonesia sangat tertinggal jauh dari Finlandia. Menurut saya, sebenarnya jika sistem pendidikan Nasional Indonesia tidak hanya mementingkan kelompok tertentu dan berfokus untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka sistem pendidikan di Indonesia dapat berkembang maju. Namun, dapat kita lihat bahwa sistem pendidikan di Indonesia hanya mementingkan kelompok-kelompok tertentu dan menelantarkan kelompok-kelompok yang notabene tidak istimewa (masyarakat dan kelompok tertentu yang tidak memiliki kuasa, dan yang jauh dari kemajuan seperti daerah-daerah pelosok negeri). Mengapa saya bisa mengatakan seperti itu? Karena kementerian pendidikan dan kebudayaan di Indonesia hanya membuat program dan kebijakan yang pada dasarnya mengambil sampel hanya dari daerah-daerah yang mampu untuk melaksanakan program dan kebijakan tersebut, tetapi tidak memperhatikan seluruh daerah dimana ada yang tidak mampu melaksanakan beberapa program yang dibuat. Memang benar bahwasanya seluruh program yang dibuat, diperuntukkan untuk memajukan pendidikan di Indonesia, tetapi menurut saya banyak hal-hal kecil yang juga kurang diperhatikan dalam pembentukan program tersebut.
Saya juga heran, mengapa bisa kurikulum pendidikan di Indonesia ini sering kali berubah. Banyak orang yang berpendapat bahwa kurikulum tersebut tidak relevan dengan keadaan tertentu. Memang benar, tetapi apakah pertimbangan perubahan kurikulum tersebut hanya itu?. Menurut saya, keefektifan penggunaan kurikulum tidak bisa diukur hanya 2-3 tahun masa penerapan, karena menurut saya itu hanya masa percobaan. Kenapa dirubah? Kenapa tidak direvisi saja? Apakah kaum-kaum politis hanya mementingkan masa jabatannya agar meninggalkan hal-hal yang membuat dirinya hebat? Mungkin itu hanya beberapa pertanyaan yang kebanyakan orang tanyakan, entah siapa yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.

R mengatakan...

Ratu Aprilia mengatakan..

Nama : Ratu Aprilia
NIM : 2108109073
Kelas : C/MPI

izinkan saya menyampaikan dunia pendidikan di Indonesia dan Finlandia..

Pendidikan kurikulum di Indonesia mulai dari CBA, kurikulum 84, KTSP, K13, Kurikulum Merdeka sehingga kita sebagai tenaga pengajar, belajar dari awal lagi untuk mengenal kurikulum yang baru sehingga menyampaikan ke siswa tidak maksimal.

Sistem pendidikan Finlandia itu tidak pernah berubah sehingga untuk gurunya itu lebih maksimal menyampaikan ke siswanya. Kesejahteraan Finlandia dan di Indonesia sangat berbeda. Di Finlandia untuk bisa mengajar di haruskan menempuh S2 sehingga skill kemampuan yg lebih di banding di Indonesia. Sedangkan di Indonesia menjadi guru bisa S1

Bisa kita lihat juga di Indonesia ada yang mengajar sesuai dengan bidangnya beruntung karena yang saya lihat kebanyakan guru mengajar tidak sesuai dengan bidang jurusannya.

Untuk di Finlandia dan di Indonesia selama menjalani pendidikan wajib dasar 9 tahun tidak ada perbedaannya. Akan tetapi di Finlandia tidak ada sistem peringkat (rangking), baik peringkat siswa maupun peringkat sekolah (sekolah favorit atau non favorit), serta tidak di adakan sistem evaluasi ujian nasional untuk kenaikan di tiap jenjang pendidikan wajib dasar 9 tahun. Sementara di Indonesia perankingan masih berlaku meskipun tidak tertulis di buku raport dan label sekolah favorit masih melekat meskipun sudah diterapkan system penerimaan siswa baru dengan zonasi.

Bisa di lihat juga gaji guru di Finlandia dan di Indonesia berbeda. Mengapa berbeda? Di sebabkan adanya perbedaan sistem pendidikan di Finlandia dan di Indonesia. Pemerintah indonesia ini harus lebih memperhatikan pendidikan pendidikan di indonesia ini terutama mengenai kebijakan pendidikan yang dibuat harus lebih baik juga dan lebih melihat serta mencontoh kebijakan pendidikan di negara-negara lain nya untuk dijadikan sebagai motivasi agar pendidikan di indonesia ini bisa maju.

alifah anisyfah mengatakan...

Alifah Anisyfah mengatakan,
Nama : Alifah Anisyfah
NIM : 2108109095
Kelas : MPI 6 C


Sistem pendidikan di Indonesia jika dibandingkan dengan Finlandia memang sangat jauh, karena di Finlandia semuanya bisa ditanggung oleh pemerintah sedangkan di Indonesia belum bisa, namun kebijakan pendidikan yang dikatakan oleh bapak Menteri pendidikan kita yaitu pak Nadiem Makarim yang memperkenalkan program-program pendidikan yang menurut saya bisa untuk mengubah system pendidikan di Indonesia.
Indonesia dengan banyak nya SDM guru yang menurut saya bisa sangat berkualitas namun pemerintah seolah-olah tidak menghargai SDM tersebut. Inilah mengapa system zonasi kita tidak berjalan dengan semestinya, karena biasanya di sekolah favorit menggunakan tenaga pendidik yang berkualitas sehingga system zonasi seakan-akan hanya untuk meredakan antusias masyarakat yang jauh dari sekolah terhadap sekolah tersebut. Namun, system zonasi bisa meningkatkan jumlah siswa baru yang mendaftar pada sekolah non-favorit. Pemerintahan Indonesia sudah berusaha untuk memperbaiki system pendidikan kita dengan banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan pendidikan. Akan tetapi pada pelaksanaanya kebijakan-kebijakan pendidikan tersebut tidak bisa dengan gampang diterapkan karena masih terhambat oleh kepentingan politik.

Pendidikan di Indonesia juga meningkatkan kompetensi tenaga pendidik sehingga ada yang namanya pendidikan profesi, menurut penulis diatas, guru yang mengajar dengan ijazah S1 dan sesuai dengan jurusannya sudah beruntung, karena banyak sekali guru yang mengajar tidak sesuai keahliannya atau bidangnya. Ini dikarenakan penyebaran guru yang masih sangat kurang, pengebaran guru yang kurang juga menurut saya karena kecilnya tunjangan atau gaji guru yang tidak cukup untuk menutupi kebutuhan khusus, apalagi di negara kita ini harga-harga sudah mulai meningkat. Inilah mengapa pendidikan di negara kita tidak maju-maju karena guru yang mengajar kita bahkan tidak dihargai ilmunya, ya walaupun dalan kitab dijelaskan mengamalkan ilmu tidak harus mengharapkan imbalan, namun kita hidup dengan banyak kebutuhan yang mana kebutuhan tersebut harus kita penuhi.

Meirini mengatakan...

Nama: Meirini Lutfiyanti
Nim : 2108109087

Artikel mengenai distingsi kebijakan pendidikan indonesia dengan finlandia ini sangat menarik, karena kebijakan pendidikan Finlandia dan Indonesia memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Kebijakan publik di dunia pendidikan bahwa kebijakan publik ini harus pro publik dan disusun secara sistematis melalui tahapan-tahapan. Kebijakan publik yang pro publik memiliki kriteria harus melibatkan publik dalam setiap tahapan penyusunan, realistik, transparan, jelas tolak ukur keberhasilan, jelas target atau sasaran, jelas dasar hukum, dan antar kebijakan tidak terjadi tumpang tindih atau bertentangan. Kebijakan pendidikan harus berfokus pada pelayanan publik, sebagai pengimbang pajak atau retribusi yang ditarik oleh pemerintah.

Kebijakan pendidikan di Indonesia masih saja di bayang-bayangi atau ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politik kelompok tertentu, sehingga dalam pelaksanaannya jauh panggang dari api karena hasil yang di dapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi. Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan pendidikan yang realistis, transparan, dan berfokus pada pelayanan publik.
Sistem pendidikan di Finlandia adalah contoh kebijakan publik yang berhasil. Finlandia memiliki sistem pendidikan yang mengutamakan kesetaraan, pendidikan berbasis inklusi, biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah, kurikulum pendidikan yang bersifat konsisten dan fleksibel, dan guru yang harus memiliki gelar master. Finlandia berhasil menjadi negara dengan pendidikan nomor satu di dunia karena kebijakan publik yang pro publik dan berfokus pada pelayanan publik.
Indonesia harus belajar dari contoh Finlandia dan mengeluarkan kebijakan pendidikan yang pro publik, realistis, dan berfokus pada pelayanan publik. Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan pendidikan yang mengutamakan kesetaraan, pendidikan berbasis inklusi, biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah, kurikulum pendidikan yang bersifat konsisten dan fleksibel, dan guru yang harus memiliki gelar master. Kebijakan pendidikan yang pro publik akan membantu Indonesia menjadi negara yang maju dan mampu menghadapi segala problematika bangsa.

MUHAMMAD FARHAN mengatakan...

MUHAMMAD FARHAN
NIM 2108109077
6 MPI C

Pertama-tama, penting untuk diakui bahwa kebijakan pendidikan Indonesia maupun Finlandia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, perbandingan dengan Finlandia menyoroti beberapa aspek yang perlu diperhatikan lebih lanjut di Indonesia. Perbandingan antara kebijakan pendidikan Indonesia dan Finlandia menyoroti perbedaan yang mencolok dalam pendekatan, prioritas, dan hasil yang dicapai.

Salah satu perbedaan kunci adalah dalam seleksi guru dan pendidik. Finlandia memilih guru-guru dengan sangat ketat, memastikan bahwa mereka memiliki kualifikasi yang tinggi dan kompeten dalam bidang mereka. Di Indonesia, masih ada tantangan dalam memastikan setiap guru sesuai dengan keahliannya.

Selain itu, pendekatan Finlandia terhadap penghapusan sistem ranking dan tes standar bertujuan untuk mengurangi tekanan pada siswa dan memberikan fokus pada pemahaman dan penerapan ilmu. Hal ini berpotensi mengurangi stres siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sistem desentralisasi Finlandia juga memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah dalam menetapkan kurikulum, tetapi tetap mengacu pada garis besar kebijakan nasional. Di Indonesia, perlu ada upaya untuk meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam mengimplementasikan kebijakan pendidikan.

Tentu saja, implementasi kebijakan pendidikan yang efektif membutuhkan dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan komitmen yang kuat dan kerjasama yang baik untuk meraih kemajuan dalam pendidikan Indonesia.

Di Indonesia, upaya untuk merombak sistem pendidikan telah dilakukan, seperti yang diperlihatkan oleh program-program Menteri Nadiem Makarim. Namun, masih ada tantangan besar yang perlu diatasi, termasuk campur tangan politik, ketimpangan regional, dan kekurangan sumber daya manusia yang berkualitas.

Di sisi lain, Finlandia memberikan contoh yang menginspirasi dengan pendekatan yang berfokus pada inklusi, kualitas guru, fleksibilitas kurikulum, dan pembiayaan publik yang besar. Kesuksesan Finlandia dalam menciptakan sistem pendidikan yang unggul menunjukkan pentingnya investasi jangka panjang dalam sumber daya manusia dan pendidikan sebagai prioritas nasional.

Dalam konteks ini, Indonesia dapat mengambil beberapa pelajaran berharga dari Finlandia, seperti peningkatan kualitas guru, pembangunan kurikulum yang konsisten, dan pembiayaan publik yang memadai. Namun demikian, perubahan yang signifikan memerlukan komitmen dan kerja keras dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

Hal yang paling penting adalah kesadaran kolektif akan pentingnya pendidikan sebagai fondasi pembangunan bangsa. Dengan meningkatkan kesadaran individu dan memperkuat partisipasi publik dalam proses kebijakan pendidikan, kita dapat membangun sistem pendidikan yang lebih baik dan merata bagi semua anak Indonesia.

Selain memperkuat pendidikan formal, penting juga untuk memperhatikan pendidikan informal dan non-formal. Inisiatif untuk meningkatkan literasi masyarakat, pelatihan keterampilan, dan pendidikan karakter juga harus diberikan perhatian yang serius.

Selain itu, pemerintah perlu memperkuat regulasi dan pengawasan terhadap penyelenggara pendidikan agar standar kualitas terpenuhi secara konsisten. Transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran pendidikan juga merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa dana yang dialokasikan benar-benar memberikan dampak positif bagi siswa dan masyarakat.

Rachmat Zaelani mengatakan...

Nama : Rachmat Zaelani Firmansyah
Nim:2108109092
Kebijakan pendidikan Indonesia dan Finlandia memiliki perbedaan yang cukup signifikan meskipun keduanya memiliki fokus pada peningkatan kualitas pendidikan. Misalnya, Finlandia dikenal dengan pendekatan pendidikan yang lebih terpadu dan kurikulum yang fleksibel, sementara Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal kesenjangan pendidikan dan infrastruktur yang belum merata.

Nita Nurfadilah mengatakan...

Nama : Nita Nurfadilah
Nim : 2108109084
Kelas : 6 / MPI C

Dengan adanya artikel bapak mengenai distingsi kebijakan pendidikan Indonesia dengan finlandia ini sangat menarik, karena dengan adanya artikel ini kita terutama sebagai mahasiswa harus tau dan sadar bahwa pendidikan di Indonesia ini perlu adanya perbaikan dan perubahan dalam kebijakan. Saya setuju dengan penekanan pada kebijakan publik yang pro publik, yang seharusnya memperhitungkan partisipasi publik dalam setiap tahapan penyusunan, serta memiliki kriteria yang jelas dan transparan. Namun, sementara upaya Menteri Nadiem Makarim untuk merombak sistem pendidikan merupakan langkah positif, masih ada tantangan besar yang harus diatasi, terutama terkait dengan intervensi politik yang sering mengaburkan tujuan utama kebijakan pendidikan. Ini menjadi penyebab ketidaksesuaian antara harapan dan hasil yang diperoleh dari implementasi kebijakan pendidikan di lapangan.

Dalam konteks perbandingan dengan Finlandia, memang tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia masih jauh tertinggal dalam hal sistem pendidikan. Finlandia telah membuktikan bahwa dengan fokus pada kesetaraan, inklusi, dan kualitas guru, sebuah negara dapat menciptakan sistem pendidikan yang sukses secara internasional. Namun, untuk menerapkan pendekatan Finlandia, kita perlu memperhitungkan konteks dan tantangan unik yang ada di Indonesia, seperti skala yang lebih besar dan keberagaman budaya.

Poin penting yang harus diperhatikan adalah masalah kesejahteraan guru di Indonesia, yang masih jauh dari memadai. Gaji yang rendah dan ketidaksesuaian antara kualifikasi dan bidang pengajaran menjadi kendala serius dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Contohnya di lapangan sendiri bahwa seorang guru TK/PAUD saja hanya digaji kurang lebih Rp. 200.000 perbulan, apakah itu bisa utuk menutup semua lubang kebutuhan dan pengeluaran? tentu tidak. Oleh karena itu, penting untuk memberikan perhatian khusus pada peningkatan status dan kesejahteraan guru sebagai bagian dari upaya reformasi pendidikan yang lebih luas.

Terkait dengan isu kebijakan, penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa kebijakan pendidikan yang diambil tidak hanya bertujuan untuk mengejar target kuantitatif, tetapi juga memberikan dampak nyata dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara merata di seluruh negeri. Ini memerlukan komitmen yang kuat untuk mengatasi hambatan struktural, seperti intervensi politik dan kurangnya pendanaan yang memadai.

Secara keseluruhan, sambil mengakui langkah-langkah positif yang telah diambil, masih banyak yang perlu dilakukan untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia agar dapat bersaing secara global dan memberikan kesempatan yang adil bagi semua anak-anak Indonesia untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.

Wahyu mengatakan...

Nama : Wahyu Novalludin
Nim. : 2108109096
Krlas: mpi 6C

Indonesia dan Finlandia memiliki pendidikan yang berbeda secara struktur dan sistem, tetapi keduanya memiliki fokus yang kuat pada peningkatan kualitas pendidikan. Finlandia sering dianggap sebagai contoh model pendidikan yang sukses dengan pendekatan yang sangat terfokus pada pembelajaran berbasis keterlibatan siswa dan kesejahteraan siswa. Sementara Indonesia masih berjuang untuk meningkatkan kualitas pendidikan, terutama di daerah pedesaan dan kawasan terpencil. Namun, ada potensi untuk belajar satu sama lain dan bertukar pengalaman dalam upaya meningkatkan pendidikan di kedua negara.

Ilham mengatakan...

Nama : Muh Ilham
NIM : 2108109081
KELAS : MPI 5 c


Izin menanggapi terkait "Distingsi Kebijakan Pendidikan Indonesia Dengan Finlandia"

Menurut saya pribadi memang benar dikatakan bahwasanya jikalau di ibaratkan pendidikan di Indonesia dengan pendidikan di Finlandia bagaikan langit dan bumi tapi perlu disadari bahwa suatu pendidikan maju itu harus di dukung oleh dua hal yang pertama kesadaran dari masyarakat nya itu sendiri akan pentingnya suatu pendidikan dan dukung an penuh dari suatu pemerintahnya juga .

Jikalau keduanya bisa terpenuhi otomatis suatu pendidikan di negara tersebut akan maju dengan sendirinya, poin yang satu utamakan saat ini yaitu tentang kesadaran masyarakatnya yang kurang mengetahui tentang pentingnya pendidikan , karena dilihat dari masyarakat Finlandia mereka mengetahui akan pentingnya pendidikan tapi untuk masyarakat Indonesia mereka sudah menyadari tpi belum sepenuhnya semuanya terpenuhi

Dede Sarah mengatakan...

Nama : Dede Sarah
Nim : 2108109089
kelas : 6C-MPI

pendapat saya mengenai artikel diatas yaitu bahwa masalah pendidikan memang menjadi salah satu aspek penting dalam pembangunan suatu negara, dan kebijakan publik di bidang ini haruslah memenuhi kriteria yang dijelaskan, seperti melibatkan publik dalam penyusunan kebijakan, transparan, dan realistis. Namun, dalam konteks Indonesia, terdapat tantangan dan perbedaan tersendiri yang perlu diatasi.

Pertama, mengenai upaya Menteri Nadiem Makarim dalam merombak kebijakan pendidikan, program-program yang diperkenalkan seperti pembiayaan sekolah, digitalisasi, dan peningkatan kualitas kurikulum memang bertujuan untuk memberikan kemerdekaan dalam dunia pendidikan. Namun, implementasinya membutuhkan waktu dan evaluasi yang cermat untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut efektif dan berdampak positif bagi seluruh elemen masyarakat.

lalu mengenai perbandingan dengan Finlandia menunjukkan bahwa terdapat banyak aspek yang dapat ditingkatkan dalam sistem pendidikan Indonesia, seperti kualifikasi guru, penekanan pada pemahaman daripada peringkat, dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Namun, perbedaan konteks sosial, budaya, dan ekonomi antara kedua negara juga harus dipertimbangkan dalam mengevaluasi dan menerapkan model pendidikan.

kemudian yang harus diperhatikan kembali, mengenai masalah gaji guru dan kesejahteraan mereka memang menjadi perhatian serius. Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih dalam meningkatkan kesejahteraan guru sebagai garda terdepan dalam pembangunan pendidikan. Hal ini termasuk peningkatan gaji, pemberian insentif, dan fasilitas yang memadai bagi para pendidik.

selanjutnya, dalam konteks pengelolaan pendidikan, desentralisasi seperti yang dilakukan di Finlandia dapat menjadi model yang layak dipertimbangkan. Namun, perlu diingat bahwa implementasi desentralisasi harus disertai dengan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah, serta pemenuhan standar nasional yang jelas untuk memastikan kesetaraan dan keadilan dalam pendidikan.

Terakhir, penting bagi setiap individu untuk memahami pentingnya peran aktif dalam pembangunan bangsa melalui pendidikan. Kesadaran individu akan membantu menciptakan lingkungan yang mendukung dan mempercepat perubahan menuju sistem pendidikan yang lebih baik. Dengan begitu, kebijakan publik yang dihasilkan akan lebih akurat mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Anonim mengatakan...

Nama : Alifia Putri
NIM : 2108109086
Kelas : MPI 6/ C

Penting untuk diakui bahwa kebijakan pendidikan Indonesia dan Finlandia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, perbandingan dengan Finlandia menunjukkan beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan lebih lanjut di Indonesia. Salah satu perbedaan utama adalah dalam pemilihan guru. Finlandia memiliki seleksi guru yang ketat, sedangkan di Indonesia masih ada tantangan untuk memastikan kecocokan guru dengan keahliannya. Pendekatan Finlandia untuk menghapus sistem ranking dan tes standar dapat mengurangi stres siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Sistem desentralisasi Finlandia memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah dalam menetapkan kurikulum. Namun, koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah perlu ditingkatkan di Indonesia. Implementasi kebijakan pendidikan yang efektif membutuhkan dukungan dari semua pihak. Indonesia dapat belajar dari Finlandia dalam meningkatkan kualitas guru, membangun kurikulum yang konsisten, dan memastikan pembiayaan yang memadai. Penting juga untuk memperhatikan pendidikan informal dan non-formal serta memperkuat regulasi dan pengawasan terhadap penyelenggara pendidikan. Transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran pendidikan juga penting.

ulfa mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
ulfa mengatakan...

nama: ulfa kurniasari
nim: 2108109093
kelas: mpi 6c

Tanggapan saya mengenai distingsi kebijakan pendidikan indonesia dengan finlandia adalah indonesia dan Finlandia sama-sama mengejar cita-cita pendidikan terbaik bagi rakyatnya. Namun, perjalanan kedua negara ini dalam mencapai tujuan tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan.

dan Kebijakan publik di bidang pendidikan memang seharusnya berfokus pada pelayanan publik, dan diupayakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.Namun, dalam kenyataannya, seperti yang dibahas dalam pertanyaan, kebijakan pendidikan di Indonesia masih diwarnai dengan berbagai permasalahan, seperti:Kurangnya keterlibatan publik Proses penyusunan kebijakan masih kurang transparan dan tidak melibatkan publik secara maksimal.Ketidakrealistikan Target yang ditetapkan dalam kebijakan tidak realistis dan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.Kurangnya akuntabilitas Tidak ada kejelasan tolok ukur keberhasilan dan sistem monitoring yang efektif untuk memastikan tercapainya tujuan kebijakan.Ketidakjelasan dasar hukum Landasan hukum untuk beberapa kebijakan masih belum kuat dan menimbulkan kerancuan dalam pelaksanaannya. Tumpang tindih dan kontradiksi Terdapat kebijakan yang tumpang tindih dan saling bertentangan, sehingga membingungkan para pemangku kepentingan.Kepentingan politik Dikhawatirkan ada kepentingan politik tertentu yang menunggangi kebijakan pendidikan, sehingga tidak berpihak pada kepentingan publik.

Sementara itu, Finlandia, negara yang dianggap sukses dalam pembangunan pendidikannya, menerapkan beberapa kebijakan yang berbeda dengan Indonesia, seperti Penekanan pada kemerdekaan: Memberikan kemerdekaan bagi murid, guru, dan sekolah untuk berinovasi dan berkreasi dalam proses belajar mengajar.Fokus pada pemahamanTidak mengejar angka dan peringkat, melainkan menekankan pada pemahaman dan penerapan ilmu pengetahuan. Peningkatan kualitas guru, Guru diwajibkan memiliki kualifikasi tinggi dan mendapatkan gaji yang layak. Desentralisasi pendidikan: Memberikan otonomi yang luas kepada pemerintah daerah dalam mengelola pendidikan di wilayahnya.
Dari perbandingan tersebut, terlihat bahwa masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam kebijakan pendidikan di Indonesia harus Meningkatkan keterlibatan publik Libatkan publik secara aktif dalam proses penyusunan dan evaluasi kebijakan pendidikan.
Membuat kebijakan yang realistis Tetapkan target yang realistis dan sesuai dengan kondisi di lapangan.Meningkatkan akuntabilitas Buatlah tolok ukur keberhasilan yang jelas dan sistem monitoring yang efektif.Memperkuat dasar hukum Pastikan semua kebijakan pendidikan memiliki dasar hukum yang kuat.Menghindari tumpang tindih dan kontradiksi Lakukan harmonisasi peraturan dan kebijakan pendidikan agar tidak tumpang tindih dan saling bertentangan.Membebaskan pendidikan dari kepentingan politik Pastikan kebijakan pendidikan dibuat berdasarkan kepentingan publik,bukan kepentingan politik tertentu.

Selain itu, penting untuk mempelajari dan mengadopsi praktik-praktik terbaik dari negara lain, seperti Finlandia, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
karna Penting untuk diingat bahwa membangun sistem pendidikan yang berkualitas membutuhkan waktu, komitmen, dan kerjasama dari semua pihak, baik pemerintah, guru, orang tua, maupun masyarakat luas.

NASHAYA ZARURA A mengatakan...

AMA :NASHAYA ZARURA A
NIM : 2108109070
KELLAS : MPI 6C

Dalam hal perbedaan kebijakan pendidikan di Indonesia dengan Finlandia, Indonesia dengan Finllandia memiliki banyak perbedaan seperti jika di Finlandia siswa itu sudah tidak ada sistem pemberian peringkat (ranking) untuk para siswanya, sedangkan di indonesia sistem pemberian itu masih digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah mereka belajar. Sebenarnya hal ini ada dampak positifnya juga seperti memberikan motivasi dan dorongan secara tidak langsung kepada siswa yang lain yang tidak mendapatkan peringkat untuk meningkatkan kembali motivasi belajar dan keinginan untul belajar, tetapi hal ini juga ada dampak tidak baik nya bagi siswa yang tidak menjadikan pemberian peringkat ini sebagai motivasi dimana siswa merasa minder. Harapan saya di indonesia boleh menerapkan pemberian peringkat terhadap siswa yang berprestasi tetapi pihak lembaga pendidikan (sekolah/guru-guru) juga harus memperhatikan siswa yang tidak mendapatkan peringkat agar tetap berusaha memahami pembelajaran yang diberikan dan tidak ada rasa minder kepada siswa yang mendapatkan peringkat, lalu dari pihak guru-guru pula hendaknya bersikap netral atau setara antara siswa yang mendapatkan leringkat dan juga siswa yang tidak mendapatkan peringkat.
Lalu yang selalu menjadi permasalahan di dunia pendidikan di indonesia yakni dalam hal finansial dimana jika di finlandia gaji guru itu bisa mencapai 40 juta perbulan, jika dibandingkan dengan gaji guru di indonesia, gaji guru di indonesia tidak ada apa-apa nya dibandingkan gaji guru di finlandia. Hal ini berakibat kepada kualitas pendidikan dimana jika finansial guru tidak tercukupi maka guru akan mencari pekerjaan sampingan yang sekiranya dapat menutupi kebutuh hidup mereka, karena hal ini terkadang giru tidak fokus terhadap 1 pekerjaan saja, bisa saja guru tersebut meninggalkan kewajiban memberikan pelajaran kepada siswa yang digantikan hanya dengan memberikan tugas kepada siswa ketika guru tersebut sedang melakukan pekerjaan sampingannya, hal ini berarti guru tidak profesional dan tidak maksimal dalam memberikan pelajaran kepada siswa. Harapan saya gaji guru diindonesia bisa ditingkatkan dan disesuaikan dengan kebutuhan para guru agar guru-guru tersebut juga maksimal dalam memberikan pengajaran kepada siswa.
Lalu dalam topik yang telah dibahas diatas ada pula point yang sering menjadi bahan perbincangan di indonesia yakni sering berubah-ubahnya kurikulum di indonesia, jika di finlandia kurikulim yang digunakan tidak pernah berubah hanya saja kurikulum nya menyeseuaikan dengan kultur yang ada, berbanding terbalik dengan di indonesia dimana kurikulum itu selalu berubah-ubah dimana ketika ada pergantian pemimpin biasanya kurikulum yang ada pun berubah, ada kalanya kurikulim yang berubah itu hanya berubah namanya saja tidak dengan isi dari kurikulumnya. Hal yang saya harapakan di indonesia mengenai hal ini mohon kurikulum di indonesia tidak terlalu sering berubah-ubah karena hal ini berdampak kepada kualitas para pelajar, dimana jika kurikulum terus berubah maka para guru harus menyesuaikan dengan kurikulum yang baru begitupun para siswa harus menyesuaikan kembali dengan kurikuljm yang baru, lalu terkadang pihak guru pun sulit memahami akan kurikulum baru.
Mungkin sekian tanggapan yang dapat saya berikan, mohon maaf jika terdapat kesalahan kata-kata.
Terimakasih

NASHAYA ZARURA A mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Iif afilah mengatakan...

NAMA : IIF AFILAH
NIM : 2108109094
KELAS : MPI 6 C

Sistem pendidikan sekolah sebenarnya kompleks. Sebelum menentukan mana yang lebih cocok diterapkan di Indonesia, baiknya dilihat dulu sistem mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan psikis, pengembangan karakter dan kecerdasan akademis anak. Bukan semata dilihat dari kepentingan atau bahkan ambisi orang tua. Jangan sampai yang terjadi kemudian berupa tindakan bujukan dengan argumen yang bersifat subyektif atau dari satu pendapat saja. Bahkan bisa berupa pemaksaan secara halus hingga yang bersifat represif.
Setiap anak adalah istimewa, apapun kondisinya, selain kekurangan terdapat juga kelebihannya. Begitu pula kedaan keluarga dan lingkungan tempat tinggal tidak bisa diabaikan turut membentuk pola pikir dan cara belajar seorang anak, yang kesemuanya berproses menjadi nilai hasil evaluasi belajar.
Maka memilih mana yang cocok diterapkan di Indonesia, apakah boarding school ataukah sistem pendidikan di Finlandia, jawabannya bagi anak adalah sistem pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan akan suasana belajar yang mencerdaskan, menyenangkan, aman, dan bervisi ke masa depan. Demikian juga buat guru, menginginkan sistem administrasi mengajar dan birokrasi pendidikan yang sesuai dengan kapasitas keilmuan di masing-masing tingkat pendidikan.
Sehingga siistem pendiidikan manapun yang dipilih, tetap bermakna bagi seluruh siswa di setiap penjuru Indonesia.

Mungkin itu saja tanggapan dari saya, mohon maaf jika terdapat kesalahan kata kata nya, terimakasih

Dasep Nana Suryana mengatakan...

NAMA : Dasep Nana Suryana
NIM : 2108109074
KELAS: MPI/6C

Melihat kebijakan-kebijaka pendidikan perlu diperkuat Kemendikbud-Ristek ialah terkait keterlibatan publik, khususnya para ahli dari berbagai perguruan tinggi dalam merumuskan kebijakan pendidikan. Begitu pun dengan transparansi perumusan kebijakan, masih perlu diperkuat. Kedua aspek itulah yang kerap disorot publik secara luas sehingga program-program yang dicanangkan Kemendikbud-Ristek justru menuai kontroversi atau pro-kontra di kalangan publik.
Ada semacam kegaduhan yang terjadi dalam hampir setiap kebijakan. Komunikasi kebijakan yang dilakukan Kemendikbud-Ristek perlu dievaluasi secara menyeluruh. Karena itu, setiap kebijakan yang dibentuk mampu dipahami dan diterima publik dengan landasan-landasan yang rasional, terukur, valid, sesuai regulasi, dan terarah. Kemendikbud-Ristek pun perlu mengukur kembali sejauh mana capaian kinerja yang telah diperoleh jika dibandingkan dengan anggaran dana yang melimpah. Berapa persen keberhasilan dari setiap program yang tengah dijalankan apakah selaras dengan anggaran yang digelontorkan? Jangan sampai anggaran yang begitu besar menguap begitu saja tanpa adanya efisiensi dan efektivitas dari setiap kebijakan yang diimplementasikan. Residu kebijakan jangan mengakibatkan kerugian bagi publik.
Perbandingan dengan Finlandia, memang tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia masih jauh tertinggal dalam hal sistem pendidikan. Finlandia telah membuktikan bahwa dengan fokus pada kesetaraan, inklusi, dan kualitas guru, sebuah negara dapat menciptakan sistem pendidikan yang sukses secara internasional. Namun, untuk menerapkan pendekatan Finlandia, kita perlu memperhitungkan konteks dan tantangan unik yang ada di Indonesia.Finlandia sebagai cermin serta motivasi negara yang telah mencapai puncak kesuksesan dalam pendidikannya. Penekanan pada pemahaman dan penerapan ilmu, guru berkualitas tinggi, desentralisasi yang luas, dan pendanaan yang merata menjadi kunci utama keunggulan Finlandia.