-->

ads

Berhentilah Mengeluh

Minggu, 15 Agustus 2021
Ilustrasi gambar Kompasiana.com


 BERHENTILAH MENGELUH

“Daripada menghitung kesukaranmu, cobalah menjumlahkan berkat-berkat yang telah anda terima”

(DR. Geoffrey Still)


Seorang musyafir dengan seekor kuda kesayangannya mengadakan perjalanan jauh. Dalam perjalanan itu mereka membawa barang-barang berharga untuk dijual, seperti kambing, ayam serta sebuah obor. Di sepanjang perjalanan mereka berdiskusi tentang sifat Tuhan. “Tuhan itu baik, Dia selalu menyertai kemanapun kita pergi”, ujar si kuda. 


Benarkah Tuhan Bersifat Baik?

“Aku tidak yakin dengan perkataanmu. Lihat saja nanti. Tuhan itu hanya tinggal di atas langit, jadi Dia tidak mungkin menyertai perjalanan kita”, ujar musyafir, sinis. 


Menjelang sore, tibalah mereka di sebuah desa. Mereka berhaarap dapat beristirahat sejenak di desa itu, tetapi sayang tidak seorangpun bersedia mau menerima orang asing, jadi mereka mengusir musafir dan kudanya. Mendapat perlakuan kasar, si musafir kemudian menggerutu, “Benarkan kataku, Tuhan tidak menyertai kita. Buktinya, Dia tidak memberi kita untuk istirahat untuk semalam saja”. 


Karena tidak ada tempat untuk beristirahat, maka musyafir dan kudanya terpaksa pergi ke tengah hutan yang letaknya tidak jauh dari desa tersebut. 


Sampai di hutan, musafir memasang tenda lalu berbaring melepas rasa lelahnya. Melihat musafir yang sedang beristirahat, si Kuda berusaha menghibur tuannya, “Pasti menurut Tuhan bermalam di tengah hutan ini merupakan yang terbaik bagi kita”. Tidak lama kemudian terdengarlah suara binatang buas. Ternyata seekor Serigala datang menerkam kambing milik musafir. Karena ketakutan sang musafir lari dan memanjat pohon untuk menyelamatkan diri.


Dari atas pohon musafir berkata kepada kudanya, “Masih beranikah engkau mengatakan bahwa Tuhan itu baik?” lihat saja Tuhan sudah membiarkan kita kedinginan di hutan ini. Belum sampai di situ, Dia sudah membuat aku menjadi rugi karena tidak dapat lagi menjual kambing ke pasar”. 


Kuda bijaksana itu berusaha menerangkan sang majikan, “Tuan, seharusnya tuan bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan karena jika Serigala itu tidak menerkam kambing, maka tuan dan akulah yang diterkamnya. Tuhan memang baik karena sudah melindungi kita dari maut”. 


Musafir itu masih berada di atas pohon, ketika hembusan angin kencang memadamkan obornya sedangkan obor itu merupakan satu-satunya penghangat yang ia miliki di tengah cuaca yang begitu dingin. Musafir masih saja mengeluh dan tidak memperdulikan kata-kata si kuda, dengan sinis ia berkata, “Kelihatannya kebaikan Tuhan kepada kita begitu nyata di sepanjang malam ini”. 


Keesokan harinya, musafir dan Kuda berkemas-kemas. Mereka bersiap melanjutkan perjalanan. Ketika melewati desa kemarin, mereka terkejut melihat keadaan desa yang porak poranda. Setelah bertanya kepada para penduduk barulah tahu bahwa semalam desa itu dijarah sekelompokperampok. “Telah terbukti bahwa Tuhan itu memang baik karena jika tadi malam kita jadi menginap di desa itu, barang-barang tuan yang berhargapasti akan ikut dirampok dan kalau saja angin kencang tidak memadamkan obor, perampok-perampok itu pasti dapat melihat barang-barang tuan lalu mengambil semuanya”, ujar kuda.


Sang musafir tertunduk malu, lalu menangis karena di sepanjang perjalanan ia hanya bisa mengeluh dan menggerutu kepada Tuhan.


Apa Core-nya?

Apa core-nya? Mengeluh hanya akan menguras tenaga dan membuang waktu kita dengan percuma. Menggerutu dan bersungut-sungut tidak akan pernah menyelesaikan masalah, tetapi sebaliknya malah akan menambah beban kita. 


Ketika sedang dilanda sebuah masalah, mari belajar untuk tetap bersyukur. Kata-kata positif memang tidak langsung mengubah keadaan, tetapi setidaknya kita memiliki suasana hati yang lebih baik. Hati dan pikiran yang tenang, akan membuat kita kuat dalam menghadapi masalah apapun. Mungkin ada yang berkata, “Bila keadaan sedang kacau, saya tidak mungkin bisa mengucapkan kata-kata yang baik”. Bila kita tidak dapat berkata-kata yang baik, ada baiknya kita juga memutuskan untuk tidak berkata-kata sama sekali atau diam. Itu lebih baik ketimbang menggerutu dan mencaci maki. Ini yang diajarkan pada kata-kata Nabi, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam”. 


Ingatlah, Tuhan bisa mengubah air menjadi anggur. Ia bisa membuat mukjizat apa saja. Namun, Ia tidak bisa mengubah keluh kesah kita menjadi sesuatu yang baik. Jadi, berhentilah berkeluh-kesah dan tetaplah bersyukur serta selalu berpikir positif pada keputusan Tuhan.


(Disadur dari Imelda Saputra, dengan beberapa modifikasi dalam “Inspirasi 5 Menit 81 Bacaan Ringan untuk menjadi Lebih Baik”)


0 comments: